Laman

Gambar Lombe yang Damai

Kampung Lombe yang mayoritas mata pencaharian masyaratkatnya hidup dalam dunia jual-beli

Masjid Agung Keraton Buton

Inilah Icon Masyarakat Buton secara kesluruhan yang penuh dengan nilai-nilai religius dan bermartabat

Gambar Benteng Bombonawulu

Benteng inilah yang menjadi situs sejarah yang paling berharga bagi warga masyarakat Bombonawulu dan sekitarnya untuk dijadikan cagar budaya yang perlu dilestarikan dan dijaga

Gambar Benteng Keraton Buton

Benteng terluas didunia yang penuh dengan nilai-nilai filosofi dan berdedikasi tinggi sampai sekarang

Gambar Lawa salah satu situs dari desa Liya Togo

Lawa merupakan salah satu situs peninggalan sejarah yang berada lingkup kerajaan Liya Togo Kec. Wangi-Wangi Selatan yang masih dilestarikan sampai sekarang

Selasa, 30 Juni 2015

Sekilas Tentang Awal Kerajaan dan Kesultanan Butuni


-  SEJARAH AWAL

Mpu Prapanca juga menyebut nama Pulau Buton di dalam bukunya, Kakawin Nagarakretagama. Sejarah yang umum diketahui orang, bahwa Kerajaan Bone di Sulawesi lebih dulu menerima agama Islam yang dibawa oleh Datuk ri Bandang yang berasal dari Minangkabau sekitar tahun 1605 M. Sebenarnya Sayid Jamaluddin al-Kubra lebih dulu sampai di Pulau Buton, yaitu pada tahun 815 H/1412 M. Ulama tersebut diundang oleh Raja Mulae Sangia i-Gola dan baginda langsung memeluk agama Islam. Lebih kurang seratus tahun kemudian, dilanjutkan oleh Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani yang dikatakan datang dari Johor. Ia berhasil mengislamkan Raja Buton yang ke-6 sekitar tahun 948 H/ 1538 M.
Riwayat lain mengatakan tahun 1564 M. Walau bagaimana pun masih banyak pertikaian pendapat mengenai tahun kedatangan Syeikh Abdul Wahid di Buton. Oleh itu dalam artikel ini dirasakan perlu dikemukakan beberapa perbandingan. Dalam masa yang sama dengan kedatangan Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al- Fathani, diriwayatkan bahwa di Callasusung (Kulisusu), salah sebuah daerah kekuasaan Kerajaan Buton, didapati semua penduduknya beragama Islam.
Selain pendapat yang menyebut bahwa Islam datang di Buton berasal dari Johor, ada pula pendapat yang menyebut bahwa Islam datang di Buton berasal dari Ternate. Dipercayai orang-orang Melayu dari berbagai daerah telah lama sampai di Pulau Buton. Mengenainya dapat dibuktikan bahwa walaupun Bahasa yang digunakan dalam Kerajaan Buton ialah bahasa Wolio, namun dalam masa yang sama digunakan Bahasa Melayu, terutama bahasa Melayu yang dipakai di Malaka, Johor dan Patani. Orang-orang Melayu tinggal di Pulau Buton, sebaliknya orang-orang Buton pula termasuk kaum yang pandai belayar seperti orang Bugis juga.
Orang-orang Buton sejak lama merantau ke seluruh pelosok dunia Melayu dengan menggunakan perahu berukuran kecil yang hanya dapat menampung lima orang, hingga perahu besar yang dapat memuat barang sekitar 150 ton.

- RAJA BUTON MASUK ISLAM

Kerajaan Buton secara resminya menjadi sebuah kerajaan Islam pada masa pemerintahan Raja Buton ke-6, iaitu Timbang Timbangan atau Lakilaponto atau Halu Oleo. Bagindalah yang diislamkan oleh Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani yang datang dari Johor. Menurut beberapa riwayat bahwa Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani sebelum sampai di Buton pernah tinggal di Johor. Selanjutnya bersama isterinya pindah ke Adonara (Nusa Tenggara Timur). Kemudian dia sekeluarga berhijrah pula ke Pulau Batu atas yang termasuk dalam pemerintahan Buton.
Sultan Buton ke 38, Muhamad Falihi Kaimuddin bersama Presiden RI Pertama Soekarno
Di Pulau Batu atas, Buton, Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani bertemu Imam Pasai yang kembali dari Maluku menuju Pasai (Aceh). Imam Pasai menganjurkan Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani pergi ke Pulau Buton, menghadap Raja Buton. Syeikh Abdul Wahid setuju dengan anjuran yang baik itu. Setelah Raja Buton memeluk Islam, Baginda langsung ditabalkan menjadi Sultan Buton oleh Syeikh Abdul Wahid pada tahun 948 H/1538 M.
Mengenai tahun tersebut, masih dipertikaikan karena sumber lain menyebutkan bahwa Syeikh Abdul Wahid merantau dari Patani-Johor ke Buton pada tahun 1564 M. Sultan Halu Oleo dianggap sebagai Sultan Buton pertama, bergelar Sultan atau Ulil Amri dan menggunakan gelar yang khusus yaitu Sultan Qaimuddin. Maksud perkataan ini ialah Kuasa Pendiri Agama Islam.
Dalam riwayat yang lain menyebut bahawa yang melantik Sultan Buton yang pertama memeluk Islam, bukan Syeikh Abdul Wahid tetapi guru dia yang sengaja didatangkan dari Patani. Raja Halu Oleo setelah ditabalkan sebagai Sultan Kerajaan Islam Buton pertama, dinamakan Sultan Murhum.
Ketika diadakan Simposium Pernaskahan Nusantara Internasional IV, 18 - 20 Julai 2000 di Pekan Baru, Riau, salah satu kertas kerja membicarakan beberapa aspek tentang Buton, yang dibentang oleh La Niampe, yang berasal dari Buton. Hasil wawancara saya kepadanya adalah sebagai berikut:
  1. Syeikh Abdul Wahid pertama kali sampai di Buton pada tahun 933 H/1526 M.
  2. Syeikh Abdul Wahid sampai ke Buton kali kedua pada tahun 948 H/1541 M.
  3. Kedatangan Syeikh Abdul Wahid yang kedua di Buton pada tahun 948 H/1541 M bersama guru dia yang bergelar Imam Fathani. Ketika itulah terjadi pengislaman beramai-ramai dalam lingkungan Istana Kesultanan Buton dan sekaligus melantik Sultan Murhum sebagai Sultan Buton pertama.
Maklumat lain, kertas kerja Susanto Zuhdi berjudul Kabanti Kanturuna Mohelana Sebagai Sumber Sejarah Buton, menyebut bahawa Sultan Murhum, Sultan Buton yang pertama memerintah dalam lingkungan tahun 1491 M - 1537 M. Menurut Maia Papara Putra dalam bukunya, Membangun dan Menghidupkan Kembali Falsafah Islam Hakiki Dalam Lembaga Kitabullah, bahawa ``Kesultanan Buton menegakkan syariat Islam ialah tahun 1538 Miladiyah.

Jika kita bandingkan tahun yang saya sebutkan (1564 M), dengan tahun yang disebutkan oleh La Niampe (948 H/1541 M) dan tahun yang disebutkan oleh Susanto Zuhdi (1537 M), berarti dalam tahun 948 H/1541 M dan tahun 1564 M, Sultan Murhum tidak menjadi Sultan Buton lagi karena masa dia telah berakhir pada tahun 1537 M. Setelah meninjau pelbagai aspek, nampaknya kedatangan Syeikh Abdul Wahid di Buton dua kali (tahun 933 H/1526 M dan tahun 948 H/1541 M) yang diberikan oleh La Niampe adalah lebih meyakinkan.
Yang menarik pula untuk dibahas ialah keterangan La Niampe yang menyebut bahawa ``Kedatangan Syeikh Abdul Wahid yang kedua kali di Buton pada tahun 948 H/1541 M itu bersama Imam Fathani mengislamkan lingkungan Istana Buton, sekaligus melantik Sultan Murhum sebagai Sultan Buton yang pertama. Apa sebab Sultan Buton yang pertama itu dilantik/dinobatkan oleh Imam Fathani? Dan apa pula sebabnya sehingga Sultan Buton yang pertama itu bernama Sultan Murhum, sedangkan di Patani terdapat satu kampung bernama Kampung Parit Murhum.
Kampung Parit Murhum berdekatan dengan Kerisik, iaitu pusat seluruh aktivitas Kesultanan Fathani Darus Salam pada zaman dahulu. Semua yang tersebut itu sukar untuk dijawab. Apakah semuanya ini secara kebetulan saja atau pun memang telah terjalin sejarah antara Patani dan Buton sejak lama, yang memang belum diketahui oleh para penyelidik.
Namun walau bagaimanapun jauh sebelum ini telah ada orang yang menulis bahwa ada hubungan antara Patani dengan Ternate. Dan cukup terkenal legenda bahawa orang Buton sembahyang Jumaat di Ternate.
Jika kita bandingkan dengan semua sistem pemerintahan, sama ada yang bercorak Islam maupun sekular, terdapat perbedaan yang sangat kental dengan pemerintahan Islam Buton. Kerajaan Islam Buton berdasarkan Martabat Tujuh. Daripada kenyataan ini dapat diambil kesimpulan bahwa kerajaan Islam Buton lebih mengutamakan ajaran tasawuf daripada ajaran yang bercorak zahiri. Namun ajaran syariat tidak diabaikan.
Semua perundangan ditulis dalam bahasa Walio menggunakan huruf Arab, yang dinamakan Buru Wolio seperti kerajaan-kerajaan Melayu menggunakan bahasa Melayu tulisan Melayu/Jawi. Huruf dan bahasa tersebut selain digunakan untuk perundangan, juga digunakan dalam penulisan salasilah kesultanan, naskhah-naskhah dan lain-lain. Tulisan tersebut mulai tidak berfungsi lagi menjelang kemerdekaan Indonesia 1945.

Baca Selengkapnya,,
Artikel ini bersumber dari :  https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Buton

Sejarah Singkat Bombonawulu



Pernahkah anda tau cerita singkat sejarah Bombonawulu,,,, Marimi saya ceritakan tapi nanti kamuorang yang luruskan kalo ada kesalahanku mohon dimuklumi saja ee,, yang terpenting konee perbanyak bertanya pada orang-orang tua kampo karena mumpung mereka masih hidup sebagai referensi dasar ???? JANGAN lupa sediakan teh sama tuli-tulinya bagi lingkup Gulamasta supaya lebih enjoy jangan lupa panggil-panggil dengan teman-teman kamuorang supaya lebih bermanfaat dan saling berbagi. Katong mulai sudah jangan talalu lama-lama ada beberapa sumber menjelaskan bahwa sejak RAJA LA ODE RANDA SUASA , Bombonawulu sering mendapat serangan dari kerajaan lain . Para sumber menceritahkan bahwa mengantisipasi atas kejadian pada masa pemerintahan RAJA LA ODE RANDA SUASA, RAJA LA ODE MBALIWATA bersama SAHA sepakat membangun benteng pertahanan di DADU WALI kota Bombonawulu. Para sumber juga menjelaskan bahwa batu dasar peletakan benteng Bombonawulu adalah KONCU BULUGO yang berasal dari MALUKU (Tidore) sebanyak 40 buah. Adapun batu dasar tersebut didatangkan dari Maluku dengan menggunakan perahu (Bhangka Wangkuworio) oleh LA ODE HARMANI dan didaratkan di KONTAWU (pantai Lombe sekarang ini).

Para sumber menceritahkan bahwa batu dasar KONCU BULUGO dibawah dari KONTAWU ke DADU WALI kota BOMBONAWULU dengan cara masyarakat berjejer kemudian KONCU BULUGO diangkat dari tangan ke tangan, kemudian batu dasar tersebut disimpan di setiap pintu benteng (LAWA ) dan disetiap sudut DADU WALI. Para nara sumber juga menjelaskan bahwa benteng Bombonawulu memiliki 7 (tujuh) pintu atau 7 Lawa, namun setelah takluk dan berada dalam kesultanan buton pintu atau Lawa benteng Bombonawulu sebagian ditutup dan yang masih ada sampai sekarang tinggal 3 ( tiga ) pintu atau Lawa yakni : 1. Lawano Ombonowulu atau Lawano Wamelai, 2. Lawano Lakudo dan yang ke 3 Lawano Kaengkaci, sedangkan Lawano Kampebuni dan Lawano lainnya ditutup oleh SAHANO OMBONOWULU sebelum mereka meninggalkan DADU WALI kota Bombonawulu.


Kayakanya masih kurang dengan cerita diatas belaa,,,, masih ada tambah-tambahnya konee ??? asalo maafu kaasi ee terlalu banyak saya  cantumkan sumbernya belaa. kalu sudah habis tuli-tulinya jangan lupa ditambah sama pisang gorengnya supaya lebih panas-panas.. hehehehe Oky klau sudah selesai kita launjutkanmi tapi masih dalam topik yang sama dalam kaitanya dengan kerajaan buton di wolio RAJA VI LA KILAPONTO, para sumber menjelaskan bahwa LA KILAPONTO pernah menjadi RAJA Bombonawulu menggatikan RAJA LA ODE MBALIWATA..Sumber dari LA NIYLA bahwa awalnya LAKILAPONTO menjadi RAJA di Bombonawulu karena LA ODE MBALIBATA tidak memiliki keturunan sedangkan putra MAHKOTA dari ketutunan dari BHETENO NE WULU semuanya meninggalkan Bombonawulu sehingga terjadi kekosongan pengganti, mendengar berita tersebut RAJA LAKILAPONTO menawarkan diri untuk menjadi RAJA BOMBONAWULU, dimana saat itu RAJA LAKILAPONTO telah menjadi RAJA di kerajaan Buton. Sumber juga menceritahkan bahwa saat itu SAHANO OMBONOWULU tidak keberatan dengan tawaran LA KILAPONTO, karena LA KILAPONTO merupakan dari MUNA begituh juga dengan OMBONOWULU yang berasal dari MUNA dgn catatan bahwa setelah SAHA OMBONOWULU mengangkat Rajanya sendiri LA KILAPONTO harus melepaskan jabatannya sebagai RAJA OMBONOWULU, dan LAKILAPONTO menerima usulan SAHA OMBONIWULU tersebut dan untuk membantunya dalam menjalankan pemerintahan di BOMBONAWULU RAJA LAKILAPONTO mengangkat seorang BHONTO ( semacam perdana mentri ) mengingat LAKILAPONTO merupakan RAJA BUTON yang berkedudukan di Wolio. sumber menjelaskan bahwa setelah LA KILAPONTO menjadi RAJA OMBONOWULU, disitulah awalnya Bombonawulu berada dalam wilayah kesultanan Buton. sumber juga menceritahkan bahwa pada masa pemerintahan LA KILAPONTO ini di Bombonawulu kedatangan seorang ulama dari PADANG yg bernama SAYDINA KAMARUDIN atau lebih dikenal oleh orang Bombonawulu dgn sabutan HADI PADHA, menyiarkan agama Islam. Sumber juga menjelaskan bahwa perjalanan ulama HADI PADHA dari Sumatra sebelum tiba di Bombonawulu singgah di kraton Buton, namun di kraton Buton sudah ada Ulama SAYDINA RABBA yang duluan menyiarkan agama Islam, maka LAKILAPONTO menyuruh ulama HADI PADHA utk ke Bombonawulu , dimana saat itu di Bombonawulu masyarakatnya masih percaya dengan kepercayaan SANGIA atau DEWA _ DEWA. Sumber menceritahkan pula bahwa perbedaan masuknya agama Islam di Bombonawulu dengan Buton beda 1 (satu) tahun, ajaran yg diajarkan oleh HADI PADHA di Bombonawulu melalui mulut ke mulut tanpa teks dan penyebaran agama islam saat itu tidak berkembang pesat seperti perkembangan agama islam di Buton.
       
Selanjutnya yang di tulis Oleh "La Yusrie" dalam Blog-nya dengan alamat http://www.orang-gu.com/2014/11/tragedi-1967-di-benteng-kota-bombonawulu.html  bahwa - TAHUN 1967 adalah tahun yang kelam bagi seluruhnya orang-orang Bombonawulu. Dalam tahun yang naas itu keriuhan yang memantik kepanikan terjadi di dalam benteng Kota Bombonawulu, ada huru hara menegangkan yang menimbulkan keributan di sana. Setelah perintah peringatan diabaikan oleh warga, sepasukan tentara dari kodim 1413 Baubau Buton bergerak dengan sigap dan cepat, datang menyerbu memaksa warga benteng kota Bombonawulu untuk dengan segera keluar meninggalkan benteng dan turun tinggal mendekati pantai (kampung lombe sekarang)
Waktu itu pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan aneh yang disebut oleh mereka sebagai proyek restlemen desa atau penyatuan desa. Desa-desa di hutan pegunungan yang sepi diminta dipindahkan turun ke pantai yang desa-desa dan warganya lebih ramai. Tujuan proyek ini adalah untuk memudahkan akses pemerintah dalam melakukan sensus pendataan jumlah penduduk nasional.
Tetapi beberapa sumber lain memberi informasi berbeda bahwa serbuan tentara ke Benteng Kota Bombonawulu itu disebabkan oleh hal yang politis yaitu adanya tuduhan sebagai anggota PKI kepada beberapa tokoh warga di sana.  Maka penangkapan-penangkapan kepada yang dituduh itu dimulailah, dan dengan tanpa dahulu melalui sidang pengadilan mereka telah mendapatkan tudingan bersalah dan dihukum.
Maka masaker yang tragis kembali terulang, terjadilah itu tragedi, menghamparlah itu kekerasan oleh negara. warga benteng kota Bombonawulu menolak turun dipindahkan, apalagi disebut sebagai PKI. Terjadilah pemaksaan dengan kekasaran yang keras di bawah todongan senapan AK dan sepakan kaki berlaras pantovel yang keras dari para prajurit, ratusan orang diseret dengan kasar dipaksa pergi dengan cepat, turun meninggalkan Benteng Kota Bombonawulu.
Banyak dari warga Bombonawulu yang ngotot bertahan karena tak mau meninggalkan kampung yang di situ terdapat situs peninggalan moyang leluhur yang telah dihuni mereka dalam ratusan tahun lamanya itu, karena sikap menolak dan penentangannya itu, mereka mendapatkan kekerasan dari tentara. Dan sekuat-kuatnya dalam melawan dan bertahan, warga yang tak bersenjata itu tak mungkin bisa kuat melawan aparat bersenjata yang dengan angkuhnya datang melibas melindas mereka.
Karena kalah kuat dan takut kena tembak, perlahan warga mulai  kedodoran dan lalu kendur sebelum kemudian sebagian dari mereka memilih mengalah dan mundur. Tetapi ada sebagian dari merekapun yang kukuh bertahan, sekalipun kalah kuat dan terus ditodongi senapan bikinan Rusia itu mereka tak takut, tak pula surut nyali. Sampai tentara kemudian kehabisan kesabaran, yang kukuh bertahan itu diambil satu-satu dengan dipaksa dan dikasari.
Tanpa lagi memakai peringatan yang ngotot bertahan itu dilototi satu-satu lalu diangkut memakai truk tentara dipaksa pergi meninggalkan benteng kota Bombonawulu. Bahkan tak hanya orang-orang yang diangkuti memakai truk itu, aparat tentara juga membawa pergi patung-patung sesembahan peninggalan leluhur dan benda-benda pusaka warisan yang konon katanya dibuat memakai balutan emas murni sebagai material bahannya.
Betapa pedih memerihkannya mendapati diri diusir dengan kasar memakai kekerasan dari tanah leluhur moyang sendiri, bahkanpula tak cukup hanya dibegitukan, barang-barang berharga, pusaka tak ternilai peninggalan moyang leluhur diambil dibawa pergi dan kita hanya melihatnya dengan melongo tanpa ada daya untuk menghalangi dan mempertahankannya. Oh, sungguh memilukan dan itulah yang disebut sebagai sebenar-benarnya tragedi.